slide

Jumat, 09 April 2010

BAU NYALE, apa ya?

Bau Nyale merupakan pesta tradisi suku Sasak di Nusa Tenggara Barat, khususnya di sepanjang pantai Lombok Tengah dan Selatan. Tradisi ini berkaitan dengan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Legenda yang mengisahkan Putri Mandalika yang arif dan jelita.

Putri Mandalika adalah putri Raja Tonjang Beru dari Kerajaan Tunjung Bitu. Wajahnya yang cantik jelita dan perangainya yang lembut membuat para Pangeran dari berbagai negri jatuh cinta dan bermaksud menyuntingnya.

Tak ada satu pangeran pun yang datang melamar ditolaknya. Sehingga menyebabkan para pangeran itu bermusuhan dan berpotensi menyebabkan perang terbuka. Hal ini menyebabkan konflik batin pada Putri Mandalika. Ia gelisah dan termenung memikirkan agar tidak terjadi pertumpahan darah. Tidak ada pilihan lain, akhirnya ia memutuskan untuk mengorbankan dirinya sendiri

Sebelum terjun ke laut lepas di atas batu karang, sang Putri berkata : “ Wahai Ayahanda, ibunda dan rakyat negri Tonjang Beru yang aku cintai.. karna aku tak dapat memilih dari sekian banyak Pangeran, aku putuskan diriku untuk kalian semua. Diriku telah ditakdirkan menjadi nyale, agar kalian dapat nikmati bersama pada bulan dan waktu saat nyale muncul dari permukaan laut .. “.

Bersamaan dengan itu, angin kencang, kilat dan gemuruh petir menggelegar, sambar menyambar. Suasana menjadi kacau dengan suara-suara teriakan dimana-mana. Sesaat kemudian suasana menjadi tenang, namun tiba-tiba bermunculan binatang kecil dalam jumlah banyak dari dasar laut. Binatang itu kemudian dinamakan nyale yang diyakini sebagai jelmaan Putri Mandalika.

Mengambil binatang yang berbentuk cacing laut itu sebanyak-banyaknya kemudian dikenal dalam bahasa Lombok sebagai BAU NYALE (menangkap nyale). Itulah tradisi suku Sasak sebagai bentuk cinta kasih mereka kepada sang Putri yang berkorban diri untuk menghindari malapetaka bagi negri.


Suhartono dan Khaerul Anwar
Kompas, 14 Desember 2009

0 komentar:

Posting Komentar